• SMP NEGERI 1 TONJONG
  • BERAKHLAK MULIA, CERDAS , KREATIF, JAYA

Model Pembelajaran Investigation, Question, Reading, and Analysis Oleh : Subur Trimahningsih, MPd.

Kurikulum kerap berganti dan dinamika perkembangan dunia pendidikan menjadi salah satu pemacu dalam progres perkembangan pembelajaran, utamanya dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, yang tentunya tidak dapat dilepaskan dari peranan seorang guru. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus mampu mengembangkan dan mengoptimalkan kognisi peserta didik. Salah satu hal yang penting dalam pengoptimalan kognisi adalah menghubungkan pengetahuan dasar atau awal dengan pengalaman peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati, tetapi suatu proses mental seseorang untuk memahami dan memaknai lingkungannya sendiri (Sanjaya, 2018:193).

Dalam membangun kognisi seseorang, terdapat tiga tahapan penting menurut Piaget yang disebut sebagai tiga tahapan belajar yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi (assimilation) merupakan proses merespons lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Proses akomodasi (accommodation) merupakan proses memodifikasi struktur kognitif. Adapun tahapan yang ketiga adalah Ekuilibrasi (equilibration) yaitu tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal. Ekuilibrasi merupakan penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (Hergenhahn dan Olson, 2019: 314:316).

Proses mendapatkan pegetahuan baru yang dilakukan oleh peserta didik, merupakan proses perpindahan pengetahuan dari zono of proximal development (ZPD) awal menuju ZPD baru sehingga terjadi perubahan pengetahuan atau pemahaman baru yang dimiliki peserta didik. Dalam hal ini, proses belajar yang berlangsung tentunya sangat mebutuhkan interaksi sosial sehingga peserta didik sangat membutuhkan peranan orang lain dalam kegiatan pembelajaran. Proses interaksi atau pemberian bantuan bantuan dari orang lain kepada pembelajar dikatakan oleh Vygotsky dengan istilah scaffolding. Menurut Vygotsky (dalam Oakley, 2014:42) scaffolding merupakan proses perbantuan berlajar yang dilakukan oleh orang yang ahli (orang dewasa) kepada organisme yang dalam kegiatan belajar pada wilayah ZPD.  

Hasil pembelajaran pada akhirnya akan sangat bergantung pada kemampuan peserta didik dalam mengkonkretisasi pengetahuan dan pemahamananya. Oleh karena itu, tentunya peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik yang lain. Perbedaan ini dipengarahui oleh kemampuan organisme dalam mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya secara mandiri. Proses konstruksi ini tentunya sangat penting dalam proses pembelajaran. Menurut Richardson (2007:3) menyatakan bahwa constructivism as the position that “individuals create their own understandings, based upon the interaction of what they already know and believe, and the phenomena or ideas with which they come in contact” menurutnya kontruktivisme merupakan sebuah keadaan di mana individu menciptakana pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada apa yagn mereka ketahui dan percayai, serta ide dan fenomena dimana mereka berhubungan.

Dengan adanya pengeoptimalan kognisi peserta didik, dan proses mengkonstrusi pengetahuan dan pemahaman dalam diri peserta didik tentunya diperlukan proses interaksi yang baik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, interaksi antar unsur dalam proses pembelajaran menjadi bagian yang sangat penting. Interaksi ini akan tercipta secara baik apabila model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran mampu mengintegrasikan semua kegiatan yang dibutuhkan tersebut.    

Ciri-ciri model pembelajaran Investigation, Question, Reading, and Analysis

Model pembelajaran Investigation, Question, Reading, and Analysis menekankan pada aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Artinya proses pembelajaran yang berlangsung lebih berpusat pada peserta didik. Adanya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik tentunya akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Oleh karena itu, menciptakan pembelajaran yang bermakna dapat diterapkan dengan proses penemuan, diskusi, dan pemecahan masalah yang dihadapi.

Optimalisasi proses pembelajaran sangat bergantung pada keterlibatan peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik harus aktif. Aktivitas belajar tidak dapat dilepaskan dari bagaimana peserta didik menggunakan pikirannya untuk mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Menurut Silberman (2006:9) tuntutan dari pembelajaran aktif adalah memberikan keleluasaan peserta didik untuk bergerak, dan bepikir keras (moving about and thinking aloud).

Secara sederhana ciri-ciri model pembelajaran Investigation, Question, Reading, and Analysis  adalah sebagai berikut:

1)    Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2)    Proses pembelajaran mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna.

3)    Proses pebelajaran mampu merangsang aktivitas peserta didik.

4)    Proses pembelajaran melibatkan aktivitas peserta didik untuk menemukan sesuatu.

5)    Proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara berdiskusi.

6)    Proses pembelajaran dilaksanakan dengan memecahkan masalah yang dihadapi.

Sintaks model pembelajaran Investigation, Question, Reading, and Analysis

Secara sederhana sintaks model pembelajaran Investigation, Question, Reading, and Analysis adalah memiliki tahapan sebagai berikut:

  1. Investigation

Fase pertama dalam kegiatan pembelajaran adalah investigasi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan investigasi terhadap suatu permasalahan yang ada.

  1. Question

Fase kedua dalam kegiatan pembelajaran adalah question. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membangkitkan kemampuan bertanya dalam diri peserta didik  terhadap suatu permasalahan yang ada. Aktivitas yang dilakukan dalam fase ini adalah siswa membangun pertanyaan pertanyaan yang relevan terhadap permasalahan yang ada dengan menggunkan teknik 5 w + 1 h.

  1. Reading

Fase ketiga dalam kegiatan pembelajaran adalah reading. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan kegiatan membaca baik secara pembacaan pemahaman maupun pembacaan kritis terhadap suatu permasalahan yang ada.

  1. Analysis

Fase keempat dalam kegiatan pembelajaran adalah analysis. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap suatu permasalahan yang ada yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Proses analisis tidak dapat dilepaskan dari kemampuan siswa dalam melakukan berpikir secara kiritis dan berpikir analitis. DePorter dan Hernacki (2015:296) mendefinisikan berpikir kritis sebagai memasukan penilaian atau evaluasi yang cermat terhadap sesuatu. Adapun berpikir analitis merupakan proses memecahkan masalah atau gagasan menjadi bagian-bagian dan menguji bagian-bagian tersebut serta mengekplorasi bagian tersebut dengan mengombinasikan bagian-bagian tersebut dengan hal-hal yang baru.

Disamping ini model pembelajaran diatas tak lepas dari Teori Belajar Humanisme.Teori humanistik adalah teori yang memandang bahwa proses belajar adalah proses dimana seseorang mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan nyata. Prinsip dasar dalam teori ini adalah bagaimana proses belajar mampu “memanusiakan manusia”. Artinya bahwa pembelajaran harus mampu memberikan pendidikan yang mampu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang benar-benar beradaptasi dengan kenyataan hidup yang sesungguhnya.

Teori humanistik memandang proses belajar adalah perubahan perilaku yang dialami organisme dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Melalui tiga domain ini organisme akan mengaktualisasikan dirinya menjadi manusia nyata (real human). Tiga domain ini dapat dimiliki oleh setiap oragnisme dalam proses interaksi antarorganisme dalam dunia nyata (real word).

Menurut Johnson (2014:2) teori humanisme berfokus pada pertumbuhan pribadi nodan tanggapan peserta didik, antara lain dimensi sikap yang meliputi pengenalan pada diri sendiri, nilai-nilai, dan emosi. mengembangkan kemampuan dasar. Teori humanime merupakan teori yang memusatkan pembelajaran pada pertumbuhan pribadi dan pengembangan sepenuhnya potensi lain yang dimiliki manusia, bukan semata mata dimensi intelektual, akan tetapi emosional, psikologi, krativitas, sosial, fisik, dan tingkatan spiritual. 

Terkait pembahasan diatas maka taka lepas juga dari Teori Belajar Literasi, dimanasecara sederhana literasi diartikan sebagai kemampuan melek huruf atau disebut dengan kemampuan membaca dan menulis. Horning (2017:2) menjelaskan bahwa Literacy merupakan (1). the quality or state of being literate, esp. the ability to read and write. (2). possession of education. Adapun Literate dijelaskan sebagai (1). able to read and write. (2). having an education; educated. (3). having or showing knowledge of literature, writing, (4). characterized by skill, lucidity, polish, (5). a person who can read and write. (6). a learned person.

Literacy dianggap sebagai kemampuan, kepercayaan diri dan kemauan untuk terlibat dengan bahasa. Aspek keterampilan bahasa yang sering didefiniskan dalam kemampuan literasi adalah keterampilan membaca dan menulis. Aktvitas membaca dan menulis dipandang sebagai suatu kegiatan literasi. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan untuk memperoleh, membangun dan mengkomunikasikan makna dalam semua aspek nokehidupan sehari-hari. Kegiatan berinteraksi antar individu salah satunya dapat dilakukan dengan kegiatan membaca dan menulis.

Oleh karena itu, secara sederhana aktivitas membaca dan menulis manjadi gerakan literasi yang diharapkan mampu ditanamkan dalam diri peserta didik dengan beragam konsepsi :

  1. Menulis sebagai gerakan literasi

Menulis adalah kegiatan yang menuntut adanya latihan dan membutuhkan ketelitian serta kecerdasan. Kegiatan menulis memerlukan pengetahuan yang luas dan pola pikir yang logis. Pengetahuan seseorang salah satunya didapatkan dari kegiatan membaca oleh karena itu kegiatan menulis harus diimbangi dengan kegiatan membaca. Keterampilan menulis sangat penting untuk dimiliki peserta didik, karena denga menulis peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya dalam mencapai tujuan tertentu. Johnson (2018:203) menyatakan bahwa menulis adalah mengemukakan ide, mengorganisasi  ide dan mengkomunikasikan ide. Komunikasi ide yang dimaksud tentu saja bukan secara lisan akan tetapi dengan rangkaian kata-kata sehingga membentuk suatu tulisan.

Adapun Sharples (dalam Cremin, 2019: 86) menyatakan bahwa menulis adalah sebuah aksi dri sebuah desain kreatif di mana tidak hanya diciptakan kata-kata akan tetapi juga layout visual. Menulis sebagai bentuk kreativitas merupakan proses mental yang menuntut adanya munculnya gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.

Djuroto dan Suprijadi (2013:53) mengatakan bahwa dalam peembelajaran menulis di sekolah, kemampuan berbahasa yang baik merupakan kegiatan yang bersifat intelektual karena dapat mengungkpkan pemikirannya dalam bentuk bahasa. Menulis merupakan kegiatan yang menghendaki pikiran dan perasaan seseorang untuk fokus menggali dan mengkaji hal atau fenomena yang akan ditulis.

Dari pengertian yang telah dipaparkan dapat definisikan bahwa menulis adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan dengan cara meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis menjadi rangkaian bahasa yang bermakna dan berisi suatu pesan yang ingin disampaikan.

  1. Membaca sebagai gerakan literasi

 Membaca menurut Tompkins dan Hoskisson (2005:197) merupakan proses menterjemahkan pesan yang penulis tuliskan. Dalam hal ini dapat diartikan apabila membaca merupakan proses tarnsaksi di mana pembaca melakukan interpretasi kepad makna. Adapun menurut Pappas et.al (2005:211) membaca di anggap sebagai proses membangun dan menyelesaikan masalah yang ada.   Ahli lain yang mendefinisikan membaca adaah Nuriadi (2018:29) yang menyatakan bahwa membaca merupakan proses aktivitas fisik dan mental. Sehingga masing-masing idividu atau oraganisme tentunya berbeda beda.

Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa membaca merupakan proses memahami yang melibatkan aktivitas visik dan mental dengan pola pola tertentu yang terbangun dalam sikap dan perilaku yang telah nebdarah daging sebagai upaya untuk mendapatkan informasi dalam teks apapun.

Demikian semoga menjadi referensi yang menginspirasi progresifitas inovasi proses pembelajaran di SMP N 1 Tonjong pada khususnya dan secara umum memberi variasi referensi di dunia pendidikan yang ritme dinamikanya begitu dinamis. Mari jadikan diri menjadi bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia.

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
LOMBA MAPSI TINGKAT KECAMATAN TONJONG

MAPSI adalah acara lomba tahunan yang dilaksanakan berjenjang dari tingkat kota hingga provinsi. Meski perlombaan yang satu ini familiar bagi anak sekolah, tetapi masih banyak masyaraka

17/09/2024 23:15 - Oleh Administrator - Dilihat 442 kali
Mengelola Aktivitas Pembelajaran di Kelas

Lihat video: Mengelola Aktivitas Pembelajaran di Kelas di https://guru.kemdikbud.go.id/video-inspirasi/playlists/video?id=60&video=C4WqtvwEoIg

12/03/2024 07:15 - Oleh Administrator - Dilihat 168 kali
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM KETERCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN

Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu usaha yang sengaja dan terencana agar mendapat suatu tujuan tertentu sesuai dengan keinginan. Tujuan Pendidikan itu sendiri yaitu untuk menjadik

10/01/2023 05:35 - Oleh Administrator - Dilihat 1288 kali
Sample Post 5

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco l

10/01/2023 05:35 - Oleh Administrator - Dilihat 68 kali